okezone - "Bapak, Ibu... Silahkan yang belum mendapat air sumber Ratu Ibu. Ini saya sediakan, cukup dengan harga Rp2 ribu saja. Insya Allah barokah, bisa bermanfaat untuk menyembuhkan segala bentuk penyakit. Mari silahkan kalau ada yang berminat..."
Penggalan kalimat tersebut selalu keluar dari mulut manis, Jamaluddin (45), salah satu pembantu juru kunci komplek Makam Aer Mata. Biasanya, kalimat tersebut diucapkan saat ada pengunjung atau rombongan yang datang ziarah ke kompleks, yang juga terdapat pesarean dari Ratu Ibu, istri dari Pengaran Cakraningrat I, penguasa pertama Pulau Madura.
Dengan dandanan khas santri, sarung motif kotak-kotak, songkok dan baju lengan panjang yang sedikit lusuh. Jamal terlihat menenteng botol minuman mineral ukuran 700 ml, yang mereknya sudah dikelupas, diganti dengan tulisan "Aer Mata Rato Ebu, Bangkalan-Madura". Di dalam botol tersebut, berisi air yang menurutnya di ambil dari sumur/sumber mata air, di sekitar komplek makam.
"Air ini juga bisa menjadi obat, menyembuhkan berbagai penyakit. Jadi ini (air), bukan sembarang air. Kalau tidak percaya, silahkan buktikan," ujar Jamal, dengan nada yang cukup meyakinkan.
Jamal kembali meyakinkan para peziarah yang datang. Menurutnya, air yang hanya tersedia di komplek makam tersebut, memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, sehingga baik untuk kesehatan. Bahkan, suatu ketika ada salah satu warga yang terserang penyakit, tidak kunjung sembuh, setelah minum air tersebut ternyata bisa diberikan kesembuhan oleh Yang Maha Kuasa.
Harga jual air khas makam Aer Mata sendiri, menurutnya sangat murah. Pengunjung yang ingin membawa pulang, cukup mengeluarkan dua lembar uang ribuan atau senilai Rp2 ribu saja. Jamal berkata, uang yang dikeluarkan tidaklah seberapa, dibanding dengan manfaat dan khasiat yang akan diperoleh dari air tersebut.
"Tapi, kami juga mengingatkan pada para pengunjung, kalau air tersebut hanya sebagai perantara saja. Soal sembuh atau tidak, itu kehendak Allah SWT. Yang pasti, banyak yang jodoh," ungkapnya sembari menyeka keringat yang mengalir di dahinya.
Ditanya soal uang hasil penjualan air, Jamal menyatakan, dirinya sama sekali tidak mau ambil untung dari hasil penjualan tersebut. Sebaliknya, seluruh hasil penjualan masuk dalam kas juru kunci, yang nantinya diperuntukkan untuk biaya operasional pengelolaan komplek makam Aer Mata. Baik itu dalam masalah kebersihan atau perawatan makam.
"Nggak tahu kalau yang lain, karena warga sekitar juga yang jualan. Tapi kalau saya, semua dikembalikan ke pengelola (juru kunci)," tuturnya.
Bisnis "jual air" Aer Mata tersebut, tidak hanya dilakukan oleh Jamaluddin. Beberapa warga sekitar, yang salah satunya Rodiyah (46), juga berprofesi sama. Hanya, bedanya penghasilan yang didapat dinikmati secara individu. Biasanya, dalam sehari dia mengaku bisa menjual hingga sekitar 30 botol air.
"Lumayan bisa menambah penghasilan. Kalau pengunjung sepi, penghasilan dari menjual ini (air) juga ikut sepi," tegasnya.
Potensi dari keberadaan komplek Makam Aer Mata, yang juga dikenal sebagai tempat pemakaman raja Bangkalan tersebut, tidak hanya dari hasil penjualan air yang diyakini bisa menjadi obat penyakit. Tapi, masih banyak potensi lain yang juga bisa menjadi lahan atau penghasilan warga sekitar.
Di antaranya yang terlihat, adalah warung Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mangkal di depan pintu gerbang makam, serta areal parkir yang tarifnya cukup melangit. Untuk kendaraan pribadi saja, dikenakan tarif parkir hingga sebesar Rp5.000, dan bus bisa mencapai Rp15.000, per satu kali parkir. Entah itu masuk ke kas pemerintah, atau ke kantong pribadi, juga belum diketahui secara pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar