Kategori Artikel dan Berita Kami, Silahkan Dibaca

Say NO tobe Corruptor!!! Get the Corruptor in the Jail!!!

Jumat, 19 Agustus 2011

HR Rasuna Said, Bunga Revolusi Dari Sumatera Barat

Republik Madura - Orang Indonesia yang tidak mengetahui siapa beliau, pasti beranggapan beliau adalah seorang laki-laki. Namanya sangat jarang disebut dalam pelajaran sejarah bahkan dalam saat di bangku sekolah dasar sekali pun. Padahal perannya sebagai tokoh pejuang Indonesia dari kalangan perempuan di jaman revolusi sangat menonjol. Namanya juga kalah tenar daripada pahlawan perempuan Indonesia lainnya seperti Dewi Sartika apalagi Raden Ajeng Kartini. Berikut profile beliau sebagaimana yang kami adaptasi dari id.yahoo.com.

Profile beliau saya angkat dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 66, 17 Agustus 2011.

Dari depan sebuah pusat perbelanjaan di sudut paling ramai Jakarta, arca perempuan itu memandang ke arah jalan yang memakai namanya. Ribuan masyarakat melewatinya setiap hari. Tapi tahukah mereka siapa dia?
Papan Jalan HR Rasuna Said di Jakarta, Salah Satu Jalan Terpadat di Jakarta 

Ini cerita 70 tahun yang lalu. Perempuan itu, Hajjah Rangkayo Rasuna Said (HR Rasuna Said), masih berusia 21 tahun dan dalam usia semuda itu dia berorasi di depan ribuan orang, meneriakkan kemerdekaan. Sebuah kegiatan yang dapat membuatnya diganjar penjara oleh pemerintah Belanda.

“Pintu menuju kemerdekaan sudah terbuka, dan kami berharap kalian mengabarkannya kepada seluruh kawan dan kenalan. Kami semua punya satu tujuan. Memperjuangkan hak kami, yakni membentuk Indonesia yang merdeka dan bebas dari jajahan asing,” kata Rasuna dalam sebuah aksi menentang penjajahan. Ketegasan Rasuna harus dibayar mahal. Bersama rekannya, Rasimah Ismail, dia ditangkap dan dipenjarakan di Semarang.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah sosok pendidik, wartawan dan politisi ulung. Dia lahir dari keluarga keturunan bangsawan Minang di Maninjau, Sumatera Barat pada 14 September 1910.

Pendidikan Rasuna kecil dimulai di pesantren Ar Rasyidiyah sebagai satu-satunya murid perempuan. Saat kelas 5, dia mulai mengajar untuk anak-anak dari kelas lebih rendah. Berpindah-pindah guru, Rasuna terus belajar, juga belajar teknik pidato. Pidato Rasuna dikenal “laksana petir di siang hari”.
Rasuna masih berusia 16 tahun saat bergabung di organisasi politik pertamanya, Sarekat Rakyat — sebuah organisasi yang juga dimotori Tan Malaka. Dia juga tak melupakan gairah pertamanya: mengajar.

Rasuna mendirikan sekolah “Menjesal” di Sumatera Barat, sekolah kelas rendah di Padang dan sekolah khusus putri di Bukittinggi. Para murid di sekolahnya diajarkan pentingnya kesadaran politik rakyat.

Dari Sarekat Rakyat, Rasuna berpindah ke Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), yang tumbuh dengan cepat di Sumatera Barat dengan 10 ribu anggota di 160 cabang. Partai ini populer karena tak takut mengawinkan politik dan agama. Rasuna menjadi salah satu tokoh perempuan paling menonjol di sini. Secara blak-blakan dia mengajak rakyat menuju perjuangan Indonesia merdeka.

Rasuna juga menemukan minat baru — menjadi wartawan — dan menerbitkan majalah Menara Putri. Gaya penulisannya blak-blakan dengan semboyan “Ini dadaku, mana dadamu.”

Majalah ini menyebarkan ide mengenai perempuan dan segala permasalahannya. Dia meyakinkan pembaca, perempuan punya peran yang sama dalam penjuangan kemerdekaan. Perempuan juga punya hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Perempuan juga berhak mendapatkan pendidikan, jaminan ekonomi dan memiliki tempat dalam dunia politik.

Karier politik membawa Rasuna hijrah ke Jakarta. Setelah proklamasi kemerdekaan, Rasuna menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera Barat. Dia juga anggota Dewan Pertimbangan Agung yang memberikan saran pada Presiden Soekarno.
Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata.

Dia dikenang sebagai aktivis perempuan pertama yang memperjuangkan hak-hak politik perempuan. Menurutnya, politik bukan hanya milik laki-laki. Politik tak bisa dipisahkan dari peran serta perempuan.

Dari 140 orang yang diberi gelar pahlawan negara, hanya 10 perempuan yang ada dalam daftar. Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah satunya.

Bukan hanya Hajjah Rangkayo Rasuna Said pahlawan wanita di jaman revolusi Indonesia yang kurang dikenal. Nama seperti Christina Martha Tiahahu (Maluku), Maria Walanda Maramis(Sulawesi Utara), Nyi Ageng Serang (Jogjakarta) tidak akrab di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Saya yakin, bukan nya kita tidak mau tahu, tapi nama-nama beliau memang jarang disebut di buku - buku sejarah bangsa Indonesia. Adalah tugas pemerintah untuk kembali 'membumikan' nama-nama beliau disamping nama-nama pahlawan wanita lain yang sudah sangat kita kenal seperti RA Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia maupun Dewi Sartika.

Happy Universary Indonesia. Jayalah Indonesia di umur kemerdekaan mu yang ke-66! Merdeka!

Diolah dari id.berita.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Come to Madura Island and Watch Our BullRace Event!

Come to Madura Island and Watch Our BullRace Event!