Tapi seperti itulah negera Somalia. Negara yang nyaris tanpa hukum. Pemerintahan yang sah tidak berdaya. Jangankan memadamkan pemberontakan sipil, mengenyahkan perompak alias bajak laut saja tidak bisa. ini bukti nyata sebuah pemerintahan negara yang hopeless, tanpa harapan.
Somalia, wilayah yang mempesona di tanduk timur Afrika resmi menjadi Republik Demokratik Somalia yang indepennden dari pemerintahan kolonial baik Italia maupun Inggris sejak tahun 1960.
Pada tahun 1963, Somalia menandatangani perjanjian militer dengan Uni Soviet berupa bantuan lunak dari negara komunis yang kini sudah kolaps tersebut (sekarang berubah nama menjadi Rusia). Lalu 6 tahun kemudian presiden sekaligus diktator militer Somalia, Siad Barre berkuasa melalui sebuah kudeta militer.
Setelah 12 tahun berkuasa, pada tahun 1981 Siad Barre digulingkan. Ia pun meninggalkan Somalia dalam kondisi kacau dan tanpa kepemimpinan nasional yang kuat. Bahkan beberapa wilayah mulai membentuk pemerintah mereka sendiri. Tidak ada satu pun yang mampu menyatukan Somalia secara keseluruhan.
Sejak itu negara ini kacau berat yang pada dasarnya nyaris tanpa hukum.
Maka muncullah para warlord alias jago-jago perang bin ksatria perang. Salah satunya Muhammad Farah Aidit. Nama sang warlord satu ini cukup beken. Dia pun diburu tentara USA (sejak oktober 1993 pasukan AS memang bertugas sebagai peacekeeper di Somalia). Dia dianggap bertanggung jawab atas serangkaian pembunuhan (biasalah gaya koboy Amrik main tuduh meski belum ada bukti).
Maka di suatu hari Minggu, tanpa sepengetahuan PBB, sepasukan Ranger dan Delta Force USA menggelar operasi sendiri. Dengan dukungan helikopter Black Hawk, Little Bird dan konvoi Humvee menerobos Pasar Bakara di ibukota Mogadishu - Somalia, yang dijadikan pusat kekuasaan Muhammad Farah Aidit, pimpinan klan Habr Gidr.
Jend. Muh. Farah Aidit (kiri/ botak)
Malang beribu malang buat serdadu paman Sam. Operasi yang direncanakan tak lebih dari 1 jam ini berakhir petaka. Pasukan elite USA tersebut malah jadi barang mainan di Mogadishu, kota para simpatisan Warlord Farah Aidit kala itu. Selain gagal menculik sang warload, 2 helikopter Black Hawk hancur, 19 tentara AS tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Mereka pun akhirnya berhasil mundur dengan susah payah ke Markas pasukan PBB asal Pakistan di sebuah stadion bola. Meski kerugian di pihak Somalia lebih besar (diperkirakan seribu tewas), namun kegagalan operasi ini menjadi bahan ejekan publik dunia. Sementara Farah Aidit meninggal 3 tahun kemudian, konon karena serangan jantung.
Bagaimana dengan Somalia sekarang? Padhe beih (madura, red) alias sama saja. Somalia tetap negara yang terus diguncang perang.
Tentara Somalia sedang istirahat usai perang dekat pasar Bakara - Mogadishu
Kali ini pemerintahan yang sah pimpinan Presiden Sheikh Sharif Ahmed terus berperang melawan kelompok militan Islam Hizbul dan al-Shabaab. Kelompok Islam garis keras yang dituding berafiliasi dengan Al-Qaeda ini mampu mengendalikan sebagian besar Somalia Selatan dan sebagian dari ibukota negara Mogadishu.
Sebagaimana yang dilansir antaranews.com, nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010. Kala itu Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli 2010 yang menewaskan 79 orang. Serangan-serangan bom tersebut dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai karena sedang asyik menonton Piala Dunia 2010.
Kenapa Uganda yang dihajar bom? Karena Uganda-lah negara pertama yang menempatkan tentara nya guna melindungi pemerintahan sementara Presiden Sheikh Sharif Ahmed dari serbuan Al Shabaab. Kini bukan hanya Uganda saja yang ikut membantu Sharif Ahmed. Tapi beberapa negara Afrika turut mengirimkan pasukan sebagai penjaga perdamaian Uni Afrika di Somalia.
Milisi Al-Shabaab memang berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed. Kelompok ini juga menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kini mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain nya ingin memberlakukan hukum syaria Islam secara ketat di Somalia.
Belum usaikah perang nya kini? Belum selesai kawan. Gerilyawan Islam garis keras, Al Shabaab terus berperang melawan tentara pemerintah yang dibantu pasukan Uni Afrika. Seperti yang diberitakan antaranews (23/05/2011), kedua pihak sedang saling menggempur di sekitar kawasan pasar Bakara - Mogadishu, yang menjadi salah satu pangkalan gerilyawan Al-Shabaab. (Mad Topek)
Nih foto-foto perang Gerilyawan Islam Al Shabaab melawan tentara pemerintah Somalia (AP Photos). Anda lihat tuh perhatiin tentara somalia, cuma pake sandal! Kagak pake sepatu. Perhatiin lagi, hampir semua tentara memakai senjata AK-47, senapan serbu yang legendaris. Mau tahu sejarah AK-47? Baca disini---->Sejarah AK-47
Tuh, senjata AK-47
Sejarah AK-47 BACA DAN KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar